Rahasia Alutsista Indonesia 2014

Seperti kita semua tahu selama 30 tahun berkuasa Pak Harto selalu berkiblat ke blok barat dalam hal pengadaan alutsista.

PT.PAL Mulai Bangun Kapal PKR 10514

Setelah sekian lama “mbulet” mencari dan mencari, Indonesia akhirnya mulai membangun armada kapal perang produksi dalam negeri.

Tank Medium PT.Pindad

Indonesia dan Turki sepakat bekerjasama untuk mengembangkan tank medium baru. Kesepakatan ini ditandatangani 6 Februari 2014 di Jakarta, antara perusahaan FNSS Turki dengan PT Pindad Indonesia, untuk mengembangkan tank bagi keperluan TNI AD.

Kapal Selam Indonesia Siap Diproduksi PT.Pal

Jakarta – Komisi Bidang Pertahanan DPR-RI dan pemerintah sepakat tentang suntikan dana senilai US$ 250 juta atau Rp 2,5 triliun untuk memproduksi kapal selam di Surabaya- Jawa Timur.

Radar Pertahanan Indonesia Ditambah

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menilai radar khusus militer di Indonesia masih kurang. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Kemenhan bekerja sama dengan radar sipil atau radar sekunder.

21 March 2014

TNI AD Kembangkan Teknologi Nano Satelit dan Solar Cell

Jakarta – Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) telah mengembangkan teknologi Nano Satelit. Selain itu, AD juga mengembangkan teknologi Solar Cell.
Kepala TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Budiman (tengah) yang hadir bersama Kadispenad Brigjen TNI Andika Perkasa (kedua dari kiri) sedang memberi keterangan kepada Redaksi BeritaSatu Media Holdings dalam acara Media Visit TNI Angkatan Darat di BeritaSatu Plaza, Jakarta, Rabu (19/3) Kedatangan (KASAD) Jenderal TNI Budiman ke Redaksi BeritaSatu Media Holdings menyampaikan bahwa Pihak TNI siap untuk mengamankan dan menciptakan suasana damai PEMILU 2014 di Indonesia. (sumber: BeritaSatu Photo/ Emral)
“Saya sudah kembangkan dengan Universitas Surya untuk riset. Sudah 16 riset yang akan dibuka ke media tanggal 30 Maret nanti. Antara lain Nano Satelit, Surveillance sebesar Capung, ada sebesar Burung Garuda dan Kelelawar,” kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Budiman saat berkunjung ke redaksi Beritasatu Media Holding (BSMH) di Jakarta, Rabu (19/3).

 Dia menjelaskan pihaknya juga sedang membangun Peluncur Roket yang murah, Sollar Cell, satelit Base Transceiver Station (BTS), dan Radio CNI. Total anggaran untuk 16 riset tersebut mencapai Rp 30 miliar. “Semua dibuat dari bahan yang sangat murah. Peluncur Roket sangat murah. Solar Cell akan menjadi yang termurah di dunia. Kami harapkan Solar Cell untuk rakyat karena costnya masih mahal. Tinggal buat mencari bateri yang tahan lama dan murah,” tuturnya.

Mengenai pembangunan BTS, dia tegaskan kedepan tidak lagi komunikasi melalui satelit. BTS itu pemakaiannya gratis dan dijamin keamanannya. Menurutnya, kebijakan melakukan riset-riset tersebut untuk mendorong industri pertahanan di tanah air.

Di sisi lain, agar bangsa ini tidak bergantung pada produk-produk dari luar negeri. Padahal anak-anak bangsa ini bisa memproduksinya. “Di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Cybermedia, 96 persen komponen lokal yang buat oleh mereka yang di bawah 30. Ada 35 hecker. Mereka ditakuti dunia,” tuturnya. (beritasatu.com)

Sumber : JakartaGreater

15 March 2014

RKX-200 EDF, Kemajuan Teknologi Rudal Nasional

 Lapan kembali berhasil menerbangkan pesawat Electric Ducted Fan atau EDF di Landasan Pesawat, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, tanggal 5 Maret 2014. Setelah keberhasilan ini, pengembangannya akan berlanjut ke Roket RKX-200 Turbo Jet (TJ). Fungsinya akan digunakan untuk pengembangan roket kendali atau rudal jarak pendek, baik untuk pertahanan atau teknologi antariksa.
RKX-200 EDF Lapan
Awalnya kondisi jelajah diperkirakan pada 180 km/jam, tapi saat uji coba hasilnya sangat membanggakan, yaitu 200 km/jam. Uji terbang sendiri sudah dilakukan sejak 2013.

Penggunaan EDF dikarenakan kemudahan pengoperasian motor, ekonomis, dapat dipergunakan berulang kali (budget terbatas), kehandalan dan kemudahan dipasaran.

 “Untuk pesawat RKX 200 TJ, tahun ini Lapan mengembangkan EDF dengan mesin jenis turbo jet yang direncanakan terbang menjangkau kecepatan 250 km/jam,” ujar Kepala Program EDF dan Turbo Jet, Herma Yudhi Irwanto, M. Eng. Meski belum autopilot, menurut Herma Yudhi, target tersebut dapat terpenuhi pada pengujian perdana ini.
RKX-200 EDF Lapan
Bentuknya memang agak aneh tidak seperti rudal-rudal yang banyak kita lihat maklum, baru pengembangan. Nah untuk pembuatannya menggunakan geometri pesawat model F-18 (RC F-18). Kenapa? Karena RC F 18 mudah didapatkan di pasaran dan juga karena manuver pesawat F 18 sangat bagus.

Spesifikasi :
Massa total : 18 kg
Diameter : 20 cm
Panjang : 2,2 meter
Luas sayap : 0,75 m
Aerofoil ekor : NACA seri 4 (simetri)
Aerofoil sayap : NACA seri 5

“Sudah itu semua dalam negeri, itu sama saja dengan meriam atau peluru itu hanya campuran. Berapa ukuran berapa itu tergantung dibuatnya,”

Selain RKX 200 EDF, ada juga kakaknya yaitu RKX 300 EDF yang bentuknya sudah lumayan. Proses keberhasilan ini menjadi catatan yang membanggakan bagi Lapan. Pencapaian ini menjadi langkah maju bagi lapan untuk menerapkan teknologi roket yang lebih besar, seperti rencana R-Han 320, 450, atau 520.

Mudah-mudah pengembangannya berjalan lancar. Harapan untuk mempunyai Rudal Jarak Jauh dari darat ke darat atau udara semoga segera tercapai. Salut untuk Lapan meski anggarannya miris. Amin. (by Jalo).

Sumber : Lapan.go.id

21 Maret 2014, Asteroid Besar Hantam Bumi?

Asteroid itu terdeteksi sejak 2003. Berbahayakah?

Ilustrasi Asteroid berukuran raksasa menabrak Bumi
Dunia digemparkan dengan kabar mengerikan seputar asteroid sepekan lalu. Ya, dalam waktu dekat, tepatnya 21 Maret 2014, sebongkah asteroid besar bernama 2003 QQ47 diramalkan akan berbenturan dengan Bumi. Kabar ini langsung menyebar cepat di media sosial, tak terkecuali Twitter, Facebook, Path, dan semacamnya.

Membutuhkan waktu tiga bulan untuk memastikan bahwa asteroid itu ternyata tidak berbahaya. Dilansir Slate, Minggu 16 Maret 2014, asteroid besar 2003 QQ47 memang ada. Namun, tidak akan meluluhlantakkan Bumi beserta isinya pekan depan, atau bahkan setidaknya satu abad. Faktanya, asteroid tersebut akan melintasi langit Bumi dengan tenang pada 26 Maret 2014.

Jaraknya kurang lebih 19 juta kilometer dari Bumi, atau 50 kali lebih jauh dari jarak Bumi-Bulan.

Tidak berbahaya, bukan? Beberapa waktu lalu, Daily Mail sempat mengabarkan bahwa asteroid yang ditemukan pertama kali pada 2003, sekitar 11 tahun lalu itu, berpotensi untuk menabrak Bumi sekitar Agustus 2014.

Namun, pada September 2003, observasi baru justru mengatakan asteroid akan datang lebih cepat, yakni sekitar Maret 2014. Namun, fakta itu telah dibantah langsung oleh NASA. Dampak asteroid memang luar biasa dahsyat dan menakutkan banyak orang. Tak heran, jika rumor seperti ini menyebar seperti virus mematikan. (art)
Orbit Asteroid 2003 QQ47
Sumber : Viva.co.id

01 March 2014

Skadron F-16 Block 25 Pekanbaru Riau, Operasi Juni 2014

Pekanbaru - TNI AU menargetkan skadron udara baru berintikan 24 unit F-16 Fighting Falcon blok 25, yang berpangkalan di Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadi, Pekanbaru, Riau, beroperasi Juni tahun 2014. Skadron ini diberinama Skadron Udara 16.
F-16 Block 25 Indonesia selagi bertugas di Air National Guard
Jika ini terwujud, maka Dragon Family (sebutan bagi penempur F-16 Fighting Falcon di kalangan TNI AU) akan bisa mengawasi ruang udara kawasan penting perekonomian Indonesia dan dunia, di Selat Malaka, secara lebih efektif.

Sebagai gambaran, pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Singapura hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk bisa berpapasan dengan garis batas wilayah kedaulatan Indonesia di Selat Philips dan Selat Singapura.

Dari Batam, mata telanjang manusia bisa menyaksikan mereka lepas landas dan mendarat, sebagaimana terjadi pada penerbangan sipil di Bandar Udara Internasional Changi, Singapura.

“Sekarang pembangunan fasilitas fisik sudah siap 90 persen, dan diharapkan Juni tahun ini dioperasikan,” kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadin, Kolonel Penerbang Andyawan, di Pekanbaru, Rabu.

Ia mengatakan, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda TNI M Syaugi (termasuk generasi pertama penerbang F-16 dengan callsign Wild Geese), pada 25 Februari lalu telah meninjau persiapan skadron udara baru itu di Pekanbaru.
F-16 block 25 Indonesia sebelum direfurbish
TNI AU bakal menempatkan 24 F-16 Fighting Falcon blok 25 eks Perang Irak, yang direncanakan akan di-upgrade ke blok 52+ hibah dari Amerika Serikat di sana, dengan biaya total sekitar 400 juta dolar Amerika Serikat memakai skema pembayaran foreign military sales.

 Selama ini TNI AU “cuma” pernah membeli 12 unit F-16A/B blok 15 OCU dari Amerika Serikat, yang jumlahnya kini menyusut tinggal 10 unit saja, yang tergabung dalam Skadron Udara 3. Saat itu, Indonesia menjadi negara operator pertama F-16 Fighting Falcon di Asia Tenggara.

 Di antara kesiapan fisik di Pekanbaru itu, meliputi hanggar, hanggar perawatan, arena parkir pesawat terbang dan naungannya, gudang amunisi, asrama dan rumah tinggal pilot dan awak darat, perkantoran, dan lain-lain.

Jika berjalan lancar, maka akan ada dua skadron udara di sana, yaitu Skadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace generasi ’80-an, dan (nanti) Skadron Udara 16 –yang kebetulan nomornya pas dengan nomor tipe pesawat tempurnya– berintikan 24 unit F-16 Fighting Falcon hibah Amerika Serikat.

 “Selama ini pasukan pemukul udara F-16 ada di Madiun, Jawa Timur. Nantinya, skadron baru F-16 ini akan bermarkas di Pekanbaru ini sebagai pasukan pemukul udara Indonesia di bagian barat,” katanya. 
 “Kekuatan kita akan makin mantap di udara untuk melindungi NKRI,” katanya. Dengan begitu, kewenangan dan kemampuan TNI AU memaksa mendarat pelanggar kedaulatan wilayah udara nasional semakin mantap pula. (Antara).

Pembelian Apache dan F-16 Tetap Berlanjut

Jakarta – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, kekurangan Rp 27 triliun tidak membuat proses pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) terhenti begitu saja. Sebab, dari jumlah itu, pemerintah masih memiliki dana sebesar Rp 123 triliun.
Perangkat elektronik canggih yang berada di bagian luar-depan Helikopter Apache AH-64E-Guardian, memungkinkan pilot untuk mendeteksi ancaman lebih awal
Dana tersebut berasal dari platform yang diajukan Kementerian Pertahanan sebesar Rp 150 triliun. Namun, dari jumlah itu, Rp 27 triliun memang tidak dicairkan.
“Karena yang kita lakukan itu, misalkan F16. Itu budgetnya beli 6, ternyata kita bisa dapat 24. 6 Itu kan budget beli baru, kita dapat sekarang yang second hand, tapi kita upgrade lebih bagus lagi dan itu bisa terbang dan kita tingkatkan menjadi block 52. Nah itu udah nolong,” 
ujar Purnomo usai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, 27/2/2014. Meski tidak dicairkan, Purnomo beranggapan langkah tersebut sebagai upaya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah.

Sehingga, proses pembayaran alutsista yang dibeli hanya dapat menggunakan dana sebesar Rp 123 triliun saja. Dengan demikian, dalam lima tahun dapat dilunasi sebesar Rp 24,6 triliun.

“Dan ternyata dari sisi jumlah tak mengganggu. Malah kita dapat kapal Usman Harun, John Lie dan Bung Tomo segala. Frigat kita yang baru dari Inggris,” ungkapnya. (Merdeka.com)