Friday, February 21, 2014
Unknown
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6vDq-A4u5Y6Igvpvm7IkxWt7_jno5g1P_XkXCUUR3vTMs5C-BDG8HSer7lHKLNPQf4WjpIuw_XzhWSy3noHZ8YChhJvOYcH8wKVxVKv4U5A40IxIuDTZFOqWss7tnkBRcWK7_H2BB/s320/56336_kepala_bkpm_m_lutfi_663_382.jpg) |
Mendag Muhammad Lutfi.
|
|
|
Jum'at, 21 Februari 2014,- Pemerintah Jepang
keberatan dengan aturan pelarangan ekspor mineral mentah sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu
Bara (UU Minerba). Mereka pun mengkaji untuk mengadu ke World Trade
Organization (WTO).
Terkait kemungkinan pengaduan kepada badan
perdagangan dunia itu, pemerintah Indonesia menilai reaksi Jepang itu
wajar. Jika Jepang ingin berkonsultasi terkait larangan itu, pemerintah
Indonesia akan membuka diri.
"Ini kan pada dasarnya orang tidak
senang. Tetapi, ini kan suatu komitmen juga karena ini amanat
undang-undang," kata Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi, di Jakarta,
Jumat 21 Februari 2014.
Untuk itu, dia
menjelaskan, Kemendag akan mempelajari bersama, sehingga aturan tersebut
dapat berjalan sesuai amanat undang-undang.
Sebelumnya, dilansir dari kantor berita Reuters,
yang mengutip pejabat senior di Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan
Industri Jepang (METI), mengatakan, Negeri Sakura sedang berupaya untuk
berdiskusi dengan RI melalui forum WTO dalam bulan ini.
Apabila isu ini tidak juga terselesaikan, sebuah panel khusus akan dibentuk untuk menangani kasus tersebut.
Kendati
begitu, Direktur METI, Osamu Onodera membantah sudah ada keputusan
untuk membawa kasus ini ke WTO. Dia menyebut itu baru kemungkinan.
"Membawa
isu ini ke forum WTO merupakan salah satu opsi kami. Tetapi kami belum
memutuskan apa pun," ujar Onodera yang menangani sengketa dan pemenuhan
aturan yang ditetapkan WTO.
Diberitakan juga bahwa pemerintah
Jepang merencanakan konsultasi tentang aturan ini ke perdagangan
internasional. Apabila itu jadi dilakukan, pemerintah Indonesia siap
untuk "meladeni" Jepang.
"Kalau memang dia minta konsultasi, ya,
kami kasih konsultasi. Nanti, kami pelajari sama-sama dulu supaya bisa
jalan," kata Luthfi.
Jepang merupakan salah satu produsen baja stainless terbesar
di dunia. Para perusahaan asal Negeri Sakura terpaksa harus menghadapi
kenyataan biaya produksi yang lebih besar dan berjuang untuk mencari
pasokan baru untuk nikel.
Akibat UU yang diberlakukan secara
resmi bulan lalu di Indonesia, turut memicu harga nikel global naik.
Padahal, Jepang mengimpor 44 persen biji nikel dari Indonesia pada 2012.
0 comments:
Post a Comment